BAB I
Latar Belakang.
Renang telah
dikenal sejak masa prasejarah. Lukisan
dari Jaman Batu telah ditemukan
di dalam“gua para perenang” dekat Wadi Sora (atau Sura) dibagian barat-daya Mesir.
Pada tahun 1538
Nicolas Wynman, Profesor bahasa
berkebangsaan Jerman, menulis buku
renang pertama kali, “Colymbetes”.
Kompetisi renang di Eropa dimulai sekitar
tahun 1800, sebagian besar menggunakan
gaya dada. Gaya bebas, yang kemudian
disebut the trudgen, diperkenalkan
pada tahun 1973 oleh John Arthur
Trudgen, menirunya dari Orang Amerika asli. Renang menjadi bagian dari pertandingan
Olympiade modern yang pertama tahun
1896 di Atena. Pada tahun 1902
the trudgen diperbaharui oleh Richard Cavill, menggunakan sentakan mengibas. Pada tahun 1908, asosiasi renang sedunia, Federasi Renang
Amatir International (FINA/ Federation
Internationale de Natation de Amateur)
dibentuk. Gaya kupu-kupu pertama
kali merupakan variasi dari gaya dada, sampai
akhirnya ia diterima sebagai gaya yang terpisah
pada tahun 1952.
PEMBAHASAN
Perkembangan
renang di Indonesia Sejak sebelum kemerdekaan,
di negara kita telah ada beberapa kolam renang yang indah dan baik. Akan tetapi pada waktu
itu, kesempatan
bagi orang-orang Indonesia untuk belajar
berenang tidak mungkin. Hal ini
disebabkan setiap kolam renang yang
dibangun hanyalah diperuntukkan bagi para
bangsawan dan penjajah saja.Memang
waktu itu ada juga kolam renang yang dibuka
bagi masyarakat banyak, akan tetapi harga tiket masuk sedemikian tingginya, sehinggara para pengunjung tertentu tidak bisa membayar
tiket masuk untuk berenang.
Salah satu dari
sekian banyak kolam renang yang dibangun
setelah tahun 1900 adalah kolam renang Cihampelas
di Bandung yang didirikan pada tahun 1904.
Sesuai dengan tempat kelahiran kolam renang Cihampelas, maka awal dari kegiatan olahraga renang di Indonesia dapat dikatakan mulai dari
Bandung.
Pertama-tama
berdiri perserikatan berenang diberi nama
Bandungse Zwembond atau
Perserikatan Berenang Bandung,
didirikan pada tahun 1917, perserikatan
ini membawahi 7 perkumpulan yang diantaranya
adalah perkumpulan renang di lingkungan sekolah seperti halnya OSVIA, MULO dan
KWEEKSCHOOL.
Selain Bandung, Jakarta dan Surabaya juga mendirikan perkumpulan-perkumpulan berenang dalam tahun yang sama. Kemudian barulah di
tahun 1918 berdiri West Java Zwembond atau
Perserikatan Berenang Jawa barat dan
pada tahun 1927 berdiri pula Oost
Java Zwembond atau Perserikatan Berenang Jawa Timur yang beranggotakan kota-kota seperti : Malang, Surabaya, Pasuruan, Blitar dan Lumajang. Sejak saat itu pula mulai diadakan pertandingan maupun
antar daerah. Bahkan kejuaraan-kejuaraan itu,
rekor- rekornya juga menjadi rekor di negeri
Belanda.
Dalam tahun 1934,
peloncat indah masing-masing Haasman
dan Van de Groen, berhasil keluar sebagai juara pertama dan kedua dalam nomor-nomor papan 3
meter dan menara.
Pada Far Eastern Games di Manila, Philipina
(kini kegiatan itu berkembang menjadi Asian Games sejak tahun 1951). Kedua peloncat itu juga menjadi utusan Hindi Belanda. Di tahun 1936, Pet Stam seorang Hindia
Belanda berdasarkan rekornya 0:59.9 untuk 100 meter
gaya bebas yang dicatat di kolam renang
Chiampelas Bandung, berhasil dikirim
untuk ambil bagian dalam Olimpiade
Berlin atas nama negeri Belanda. Dua orang peloncat indah masing-masing Haasman di bagian putera dan Kiki Heckle turut pula ambil
bagian dalam Olimpiade Berlin, dimana
peloncat putri menduduki
urutan ke 8.
Hingga tahun 1940,
Nederlands Indishce Zwembond atau NIZB telah
beranggotakan 12.00 perenang. Pada zaman
pendudukan Jepang tahun 1943 - 1945,
kesempatan untuk bisa berenang bagi bangsa Indonesia semakin besar. Oleh karena pemerintahan pendudukan Jepang, membuka seluruh kolam
renang di tanah air untuk masyarakat umum. Periode
tahun 1945, perkembangan olahraga renang di tanah
air praktis menurun, karena saat itu bangsa
Indonesia dalam kancah perjuangan
melawan penjajah. Hingga tanggal 20 Maret
1951, dunia renang Indonesia praktis berada
di bawah pimpinan Zwembond Voor Indonesia
(ZBVI) dan kemudian sejak tanggal
21 Maret 1951 lahirlah Persatuan Berenang Seluruh Indonesia yang kemudian disingkat PBSI.
Kongresnya yang
pertama di Jakarta, berhasil mengukuhkan
Ketua yang pertama, Prof. dr. Poerwo Soedarmo,
dibantu oleh wakil ketua, sekretaris, bendahara
dan komisi teknik. Sejak saat itu, olahraga
renang Indonesia setahap demi setahap maju
dan berkembang serta selanjutnya dalam tahun
1952, PBSI menjadi anggota resmi
dari Federasi Renang Dunia - FINA (singkatan dari Federation Internationale de Nation). Dan International Olympic Committee (IOC).
Hingga tahun 1952
telah terdaftar sebanyak 29
perkumpulan, tergabung dalam PBSI. Oleh karena itu kemudian didirikan top-top organisasi olahraga berenang di tingkat daerah. Perkembangan olahraga berenang di Indonesia
kian hari kian berkembang, hal ini ditandai
dengan penyelenggaraan perlombaan renang hampir
setiap tahun di tingkat nasional. Begitu pula
halnya dalam setiap pelaksanaan Pekan
Olahraga Nasional (PON), cabang
olahraga renang menjadi nomor-nomor utama.
Dengan makin
berkembangnya prestasi olahraga
renang di Indonesia pada tahun 1952, Indonesia
mengirimkan duta-duta renangnya ke arena
Olympiade di Helsinki, kemudian tahun 1953 kembali Indonesia ambil bagian dalam Youth
Festival di
Bukarest. Pada tahun 1954 regu polo air Indonesia dikirim untuk mengikuti Asian Games ke II di Manila, Philipina. Pada tahun 1954, berlangsung kongres PBSI
ke II, diselenggarakan di Bandung dengan
menghasilkan susunan pengurus yang
diketuai oleh D. Seoprajogi, ditambah
satu sekretaris, bendahara dan 3 komisi teknik. Kongres PBSI yang ke III diselenggarakan di Cirebon, dimana dalam kongres ini memilih kembali kepengurusan baru yang ketuanya
masih tetap di jabat D. Soeprajogi, ditambah 3 pengurus lainnya.
Untuk ke IV
kalinya PBSI menyelenggarakan kongres
pada tahun 1957 di Makasar (sekarang Ujung
Pandang) Kongres ini menghasilkan beberapa keputusan, diantaranya memilih susunan kepengurusan yang baru dengan ketua D. Soeprajogi. Kemudian atas permintaan
peserta kongres istilah persatuan dalam singkatan
PBSI, diganti menjadi Perserikatan. Dengan
demikian PBSI dalam hal ini menjadi singkatan dari Perserikatan Berenang Seluruh Indonesia. Di tahun 1959 diadakan Kejuaraan Nasional Renang. Kejuaraan ini untuk pertama kalinya mengadakan pemisahan antara Senior dan Junior di Malang, Jawa Timur. Berlangsung pula
kongres PBSI ke V, dimana pada kongres
itu disamping memilih kepengurusan
baru yang ketuanya masih tetap dipercayakan
kepada D. Soeprajogi, juga kongres ini
merubah nama Perserikatan Berenang Seluruh Indonesia (PBSI) menjadi Perserikatan Renang Seluruh Indonesia (PRSI).
Perubahan ini
timbul dengan pertimbangan bahwa
terdapatnya dua induk organisasi olahraga yang mempunyai singkatan sama PBSI. Selain cabang olahraga renang, singkatan ini juga digunakan oleh Persatuan Bulutangkis
Seluruh Indonesia. Pada Kongres di Malang Jawa
Timur Ketua PRSI, D. Soeprajogi di dampingi oleh
2 wakil ketua, dua sekretaris, bendahara, pembantu
umum ditambah komisi teknik dengan 2 orang
anggota. Kemajuan olahraga renang secara keseluruhan berkembang kian pesat dan dalam tahun 1962, berhasil menampilkan nama-nama besar
seperti Achmad Dimyati, Mohamad Sukri di bagian
putera, sementara Iris, Tobing, Lie Lan Hoa, Eny
Nuraeni serta banyak lagi di bagian puteri. Dalam
tahun 1963 di Jakarta, kembali PRSI
menyelenggarakan kongres dan berhasil
menyusun kepengurusan baru dengan
ketua umum D. Soeprajogi. Selanjutnya di dampingi 3 orang ketua, 2 orang renang, loncat indah dan polo air. Keputusan lain yang
diperoleh dalam kongres PRSI ke VI
itu adalah merubah kembali istilah
\"Persatuan\". Hingga sekarang PRSI merupakan singkatan dari Persatuan Renang Seluruh Indonesia.
Meskipun dalam
falsafahnya bahwa olahraga itu tidak
bisa dikaitkan dengan
politik. Namun
dalam kenyatannya perkembangan politik
di dalam negeri pada waktu itu membawa pengaruh besar terhadap perkembangan
olahraga. Pada tahun 1963 Indonesia
harus mengundurkan diri dari pesta olahraga
GANEFO, dimana pesertanya ada beberapa negara yang memang belum menjadi anggota FINA. Untuk menghindarkan kemungkinan adanya skorsing, Indonesia dalam hal ini PRSI mengambil langkah pengunduran diri sebagai anggota FINA. Pada tahun 1966, Indonesia kembali menjadi anggota FINA. Pada tahun itu Indonesia mengambil bagian
dalam Asian Games ke V di Bangkok.
Prestasi Renang
Indonesia dalam Kejuaraan Dunia
Internasional
Prestasi peneran
Indonesia baik di tingkat Nasional
maupung di tingkat Internasional sangat kurang. Menurut pengamat olahraga nasional mengenai penyebab menurunnya prestasi
renang, wartawan tabloid olahraga “Bola” Ignatius Sunito dan para pengamat olah raga lainnya
mengatakan kalau masalah dana adalah
penyebab utamanya. Terbatasnya dana membuat
PRSI kesulitan untuk melaksanakan kompetisi
renang tingkat nasional seperti
dulu lagi, kurangnya rasa nasionalisme pemain,
kurangnya manajemen dalam Official, kurangnya
disiplin . Atlet renang Indonesia pernah mencapai prestasi yang membawa nama bangsa harum di dunia Internasional. Pada tahun
1977 sampai tahun 2003, renang Indonesia mampu mengharumkan nama bangsa, baik itu di
tingkat Asean maupun Asia. Setelah itu, tidak ada
satupun medali dan juga prestasi yang diperoleh
dari olahraga air ini.
Manfaat renang Bagi Kesehatan.
Olahraga Renang
adalah salah satu olahraga yang menyenangkan
sekaligus sangat efektif dan optimal untuk
kesehatan dan kebugaran tubuh. Namun sayangnya,
olahraga ini biasanya dilakukan hanya pada
waktu berlibur atau waktu senggang saja. Padahal, banyak manfaat yang akan dirasakan jika melakukannya dengan rutin.
Albert M. Hutapea
dalam bukunya “Menuju Gaya Hidup Sehat” mengungkapkan, penelitian selama 16 tahun terhadap 17.000 alumnus
Universitas Harvard menunjukkan, mereka yang
tidak aktif berolahraga (yang
membakar tidak lebih dari 500 kalori per minggu dalam kegiatan olahraga) lebih cenderung mengidap penyakit jantung. Karena itu, olahraga adalah sebuah
keharusan dalam hidup kita. Olah
raga mesti dijadikan bagian dari
gaya hidup. Apalagi renang, hampir semua otot tubuh terlibat di saat melakukan renang. Kelompok otot-otot besar akan digunakan, seperti
otot perut, otot lengan, pinggul, pantat
dan paha. 8-) Berenang adalah salah
satu jenis olahraga yang mampu
meningkatkan kesehatan seseorang yang jg merupakan olahraga tanpa gaya gravitasi bumi (non weight barring). Berenang terbilang minim
risiko cedera fisik karena saat berenang seluruh
berat badan ditahan oleh air atau mengapung. Selain itu berenang merupakan olahraga yang paling dianjurkan
bagi mereka yang kelebihan berat badan
(obesitas), ibu hamil dan penderita
gangguan persendian tulang atau arthritis.
Berenang memiliki banyak manfaat
yang dapat dirasakan apabila kita melakukannya
secara benar dan rutin.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan
diatas, maka saya dapat menyimpulkan sebagai berikut :
Indonesia adalah
Negara Kepulauan dimana daerah perairan
lebih luas daripada daratan. Oleh sebab itu sudah seharunya banyak muncul atlet renang yang lahir untuk mendapat prestasi di kancah
internasional. Untuk meningkatkan
prestasi atlet renang Indonesia maka
yang perlu diupayakan adalah : meningkatkan manajemen di official, membangkitkan rasa nasionalisme, meningkatkan disiplin, dan
mengadakan sosialisasi/motifasi di
tingkat sekolah bahwa Indonesia memiliki
peluang dalam merah prestasi di kancah internasional. Olahraga renang sangat bermanfaat untuk
meningkatkan
kesehatan tubuh.
Saran
Dalam meraih
prestasi, hal yang utama yang perlu diperhatikan
adalah disiplin
Keberhasilan
dicapai bukan hanya dengan bekerja di kantoran
atau perusahaan tetapi juga mampu kita capai
di dunia olah raga termasuk renang.
Referensi: